Nih Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi

Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi - Surat Resmi Adalah Surat Yang Bersifat formal dan digunakan untuk keperluan resmi. Baik itu adalah keperluan perseorangan, instansi ataupun organisasi yang besat dan tujuannya adalah resmi, oleh sebab itu surat resmi tidak boleh disamakan dengan surat pribadi, terutama untuk keperluan yang resmi. perbedaan surat resmi dan surat pribadi cukup banyak, hanya dengan membaca isinya biasanya anda dapat membedakanya.

Nah, artikel kali ini saya akan membahas tentang Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi untuk Anda. Berikut ini adalah penjelasannya

Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi

Surat resmi memakai bahasa resmi. Bagian-bagiannya lengkap yang terdiri atas kepala surat, tanggal surat, nomor surat, lampiran, hal/perihal, alamat surat, salam pembuka, kalimat pembuka surat, isi surat, kalimat penutup surat, salam penutup, dan tembusan. Selain itu, surat resmi juga harus taat aturan dalam hal sistematika dan penggunaan kaidah tata bahasa. Surat pribadi merupakan surat yang dibuat oleh seseorang atas nama pribadi dan ditujukan kepada orang lain, seperti saudara atau teman dengan tujuan tertentu.

Surat pribadi memiliki ciri-ciri antara lain:
1. bahasa yang digunakan kurang memperhatikan kaidah tata bahasa baku Indonesia;
2. bentuk surat bebas, tidak mengikuti aturan bentuk surat resmi; dan
3. bersifat pribadi.
Surat pribadi memiliki bagian penting, yaitu alamat, salam pembuka, kalimat pembuka surat, isi surat, kalimat penutup surat, dan penutup. Surat pribadi juga dilengkapi tanda tangan dan nama terang.

Contoh Surat Resmi;

Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi Nih  Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi







Contoh surat pribadi:
Surabaya, 24 September 2007
Yts. Saskia Permatasari
Jalan Apollo 35
Medan
Salam kangen . . . .
Hai, Saskia . . . apa kabar? Bagaimana kabar paman, bibi, dan si jahil, Andika?
Semoga keluarga Medan dalam keadaan sehat. Alhamdulillah, saya dan keluarga di Surabaya dalam keadaan sehat.


Selamat, ya. Kata paman, kamu diterima di SMP Harapan Bangsa yang terkenal memiliki prestasi dan ekstrakurikuler yang hebat. Oh, iya, kamu ikut ekstrakurikuler apa? Cerita dong, mungkin kegiatan ekstrakurikuler kamu sama dengan saya. Nah, kita bisa bertukar pengalaman. Kita bisa saling membantu.
Saya diterima di SMP Pancasila. Teman-teman baruku sangat menyenangkan. Saya lebih mudah bergaul. Kamu tahu sendiri, ’kan? Saya pemalu dan tidak percaya diri. Saya harus berusaha membuka diri dan bergaul dengan teman-teman. Sekarang saya aktif di PMR (Palang Merah Remaja) sekolah. Saya akan menceritakan hal-hal menarik yang saya dapatkan selama menjadi anggota PMR.

Saya tertarik mengikuti PMR karena saya berharap bisa membantu teman, keluarga, atau tetangga yang sakit. Hari pertama masuk PMR saya merasa tidak ingin masuk lagi. Kakak pembina galak-galak.
”Kalian harus patuhi semua peraturan yang telah ditentukan oleh pembina. Selain itu, kalian harus jalani semua perintah pembina. Ingat, tidak bolehmenggerutu!” kata salah seorang pembina.
Badanku sudah gemetar. Padahal, kata-kata itu hanya untuk menguji mentalami. Oh, iya kamu ingat ’kan saat kamu membentak saya. Itu, saat saya memecahkan gelas kaca. Saya pikir kamu benar-benar marah. Ternyata, hanya menggertak saja.

Lama-kelamaan saya terbiasa. Saya mengikuti semua kegiatan dengan perasaan senang. Saya sudah bisa membalut luka, membuat drakbar (itu lho, alat untuk mengangkat orang sakit), cara menangani orang pingsan, pokoknya lengkap deh. Bahkan, saya dijuluki suster oleh teman-teman.
Ada hal memalukan yang pernah saya lakukan saat latihan. Ceritanya, saya dan Sari (temanku di PMR) bertugas menjaga Pos 2 saat latihan di luar sekolah. Nah, pada saat kami bercakap-cakap, seorang anak kecil terjatuh dari sepeda. Lututnya berdarah, hatiku berdesir. Kamu tahu ’kan saya takut dengan darah. Saya hanya diam terpaku.

”Andini, cepat obati adik ini!” Sari memangkunya. Anak itu mengaduh kesakitan. Saya masih diam karena bingung. ”Ayo, cepat hentikan darahnya!” Saya semakin gugup. ”Ya, sudah! Ambilkan kapas dan obat biar saya yang bersihkan luka dan mengobatinya.” Sari dengan cekatan membersihkan dan mengobati luka anak itu.

Anak itu berterima kasih, kemudian berlalu. Sari hanya memandang saya dengan kecewa.
”Maafkan saya, Sari. Saya takut darah, tapi jangan bilang kepada kakak pembina, ya. Saya malu.” Saya menunduk lama sekali dan saya berjanji akan memberanikan diri apa pun yang saya hadapi untuk menjadi PMR sejati.

Nah, kamu sudah dengarkan ceritaku. Saya tunggu ceritamu pasti lebih seru.
Sudah dulu ya, Sas. Kapan-kapan kita sambung lagi.
Bye . . . .

Sekian dari saya mengenai Materi Sekolah yang bisa saya bahas mengenai  Contoh Perbedaan Surat Resmi Dan Surat Pribadi, semoga dapat menambah ilmu dalam pembelajaran anda semua.Terimaksih